Sabtu, 24 Maret 2012

bahaya bahan kimia


Waspadai Bahaya Bahan Aditif Dalam Makanan Sehari-hari

Dalam membeli makanan, minuman atau obata-obatan sebaiknya harus mencermati label yang terdapat dalam makanan tersebut. Isi kandungan komponen bahan-bahan yang tertera dalam label tersebut harus diketahui keamanan dan akibat yang bisa ditimbulkannya Selain kandungan utama makanan, minuman atau obat-obatan akan ditemukan komponen lain yang mengandungi berbagai bahan campuran. Bahan-bahan campuran ini diberi nama aditif, contohnya, bahan-bahan campuran yang diberi nama huruf awal “E”, seperti E101 (Riboflavin), E123 (Amaranth), E211 (Natrium Benzoate), E249 (Kalium Nitrit), E322 (Lesitin) dan sebagainya.
Dalam industri makanan modern saat ini diperlukan penggunaan teknologi pengawetan pangan untuk membuat makanan menjadi tahan lama dan tetap berkualitas, Salah satu dari beberapa teknik pengawetan pangan adalah memberikan bahan tambahan pangan (BTP) untuk pengawetan, hal ini dilakukan dengan menambahkan suatu bahan kimia tertentu dengan jumlah tertentu yang diketahui memiliki efek mengawetkan dan aman untuk dikonsumsi manusia.

BAHAN ADITIF MAKANAN
Aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan yang berguna untuk meningkatkan kualitas, menambahkan kelezatan dan menjaga kesegaran makanan tersebut. Penggunaan aditif sebenarnya bermula sejak ribuan tahun lalu. Nenek moyang kita telah menggunakan garam untuk mengawet daging dan ikan, rempah untuk melezatkan makanan, dan cuka serta gula untuk menyimpan buah-buahan.
Departemen Kesehatan dan BPOM mengistilahkan Bahan aditif Makanan dengan BPT (Bahan Tambahan Pangan ). Bahan Tambahan Pangan adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh fungi, bakteria dan mikroba lainnya. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan (food borne illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan
Aditif yang bertindak sebagai pewarna telah digunakan untuk memberi warna kuning kepada mentega sejak dahulu kala. Penduduk Asia telah menggunakan sejenis sup atau makanan lainnya dengan pemberian bahan mononatrium glutamat atau MSG, sejak 2.000 tahun lalu.
Manfaat Aditif Makanan
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan pengawet adalah untuk menghambat pembusukan dan menjamin mutu awal pangan agar tetap terjaga selama mungkin. Penggunaan pengawet dalam produk pangan dalam prakteknya berperan sebagai antimikroba atau antioksidan atau keduanya. Jamur, bakteri dan enzim selain penyebab pembusukan pangan juga dapat menyebabkan orang menjadi sakit, untuk itu perlu dihambat pertumbuhan maupun aktivitasnya.
Zat aditif makanan juga untuk memelihara kesegaran dan mencegah kerusakan makanan atau bahan makanan. Beberapa pengawet yang termasuk antioksidan berfungsi mencegah makanan menjadi tengik yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dalam makanan tersebut. eran sebagai antioksidan akan mencegah produk pangan dari ketengikan, pencoklatan, dan perkembangan noda hitam. Antioksidan menekan reaksi yang terjadi saat pangan menyatu dengan oksigen, adanya sinar, panas, dan beberapa logam.
Berbagai manfaat Aditif Makanan diantaranya adalah
  1. Untuk mempertahankan kelezatan dan kesehatan (wholesomeness) pangan.
    Pengawet menahan kerusakan pangan yang disebabkan oleh kapang, bakteria, fungi atau khamir. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan (food born illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan.
    Antioksidan adalah pengawet yang mencegah terjadinya bau yang tidak sedap. Antioksidan juga mencegah potongan buah segar seperti apel menjadi coklat bila terkena udara.
  2. Mengembangkan atau mengatur keasaman/kebasaan pangan.
    Bahan pengembang yang melepaskan asam bila dipanaskan bereaksi dengan baking soda membantu mengembangkan kue, biskuit dan roti selama proses pemanggangan. Pengatur keasaman/kebasaan membantu memodifiksi keasaman/kebasaan pangan agar diperoleh bau, rasa dan warna yang sesuai
  3. Untuk menguatkan rasa atau mendapatkan warna yang diinginkan.
    Berbagai jenis bumbu dan penguat rasa sintetik atau alami memperkuat rasa pangan. Sebaliknya warna memperindah tampilan pangan tertentu untuk memenuhi ekspektasi konsumen.
  4. Untuk mempertahankan konsistensi produk.
    Emulsifier memberikan tekstur produk berbentuk emulsi atau suspensi yang konsisten dan mencegah pemisahan fasa air dengan fasa lemak suatu emulsi atau pemisahan fasa cair dan fasa padat suatu suspensi. Penstabil dan pengental menghasilkan tekstur yang lembut dan homogen pada pangan tertentu.
  5. Untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi.
    Vitamin dan mineral yang ditambahkan ke dalam pangan seperti susu, tepung, serelia lain dan margarin untuk memperbaiki kekurangan zat tersebut dalam diet seseorang atau mengganti kehilangannya selama proses pengolahan pangan. Fortifikasi dan pengayaan pangan semacam ini telah membantu mengurangi malnutrisi dalam populasi masyarakat Amerika. Semua pangan yang mengandung nutrien yang ditambahkan harus diberi label yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku secara internasional atau sesuai ketentuan masing-masing negara.
Aditif makanan
Aditif Makanan atau Pengawet pangan adalah upaya untuk mencegah, menghambat pertumbuhan mikroba yang terdapat dalam pangan. Pengawetan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu penggunaan suhu rendah, suhu tinggi, iradiasi atau dengan penambahan bahan pengawet (BTP Pengawet). Produk-produk pangan dalam kemasan yang diproses dengan panas atau disebut sterilisasi komersil seperti kornet dalam kaleng atau susu steril dalam kemasan tetrapak tidak menggunakan bahan pengawet karena proses termal sudah cukup untuk memusnahkan mikroba pembusuk dan patogen.
Produk-produk ini akan awet lebih dari setahun meskipun disimpan pada suhu kamar.
Beberapa produk pangan dalam kemasan yang menggunakan bahan pengawet, misalnya kecap, sambal, selai dan jem dalam botol.
Kedua jenis produk ini setelah dibuka biasanya tidak segera habis, sehingga supaya awet terus pada suhu kamar maka produk ini membutuhkan bahan tambahan pangan pengawet. Agen-agen penstabil dan pemekat seperti garam alginat dan gliserin membuat makanan dan tekstur obat-obatan menjadi rata dan lembut. Agen penghalang kerak memastikan makanan yang berbutir seperti garam dan gula sentiasa berberai. Aditif bermanfaat untuk menawetkan dan meningkatkan nilai nutrisi makanan. Contohnya, vitamin dan bahan galian dicampurkan ringan seperti susu, tepung, dan margarin untuk menciptakan sumber makanan yang seimbang. Aditif yang tergolong bahan pengawet digunakan bagi tujuan pengawetan mengawetkan makanan dalam keadaan baik dan tahan lama. Bahan pengawet seperti garam nitrat dan nitrit amat penting bagi melindungi makanan jenis daging agar terhindar dari ulat dan bakteria clostridium, botulidium mikroorganisma penyebab botulisme atau keracunan makanan.
Antioksidan seperti vitamin C dan vitmain E ternyata dapat mencegah lemak dan minyak di dalam sediaan makanan menjadi masam atau tengik. Antioksidan ini juga digunakan untuk membuat warna isi buah-buahan yang siap dipotong menjadi tahan lama. Tanpa agen antioksidan, warna isi buah epal dengan mudah berubah menjadi hitam dan pucat.
Aditif juga digunakan untuk menaikkan bahan makanan yang dimasak seperti cake dan roti. Bahan penyedap seperti rempah ratus (halia dan bunga cengkih) dan bahan kimia sintetik (monosodium glutamat; MSG) digunakan melezatkan makanan. Bahan pewarna juga sering dicampurkan ke dalam makanan, Contoh bahan pewarna ialah FD&C Yellow No.6 yang digunakan di dalam minuman, makanan ringan dan roti. Bahan pemutih digunakan untuk memutihkan makanan seperti agar-agar dan obat-obatan yang mudah berubah warna terutama ketika di dalam penyimpanan.
PENGAWASAN PENGGUNAAN
Jenis dan jumlah pengawet yang diijinkan untuk digunakan telah dikaji keamanannya. Indonesia menganut Standarisasi internasional yang ditetapkan Codex Alimentarius Commission (CAC). Forum CAC (Codex Alimentarius Commission) merupakan organisasi perumus standar internasional untuk bidang pangan.
Berbagai produk dan industri makanan yang ada dsi Indonesia harus dibuat berdasarkan CODEX Alimentarius Commission, badan standar makanan internasional. Menurut Permenkes No.722/1988, bahan pengawet yang diizinkan digunakan dalam makanan dalam kadar tertentu adalah Asam Benzoat, Asam Propionat. Asam Sorbat, Belerang Dioksida, Metil p-Hidroksi Benzoat, Kalium Benzoat, Kalium Bisulfit, Kalium Meta Bisulfit, Kalium Nitrat, Kalium Nitrit, Kalium Propionat, Kalium Sorbat, Kalium Sulfit, Kalsium Benzoit, Kalsium Propionat, Kalsium Sorbat, Natrium Benzoat, Metil-p-hidroksi Benzoit, Natrium Bisulfit, Natrium Metabisulfit, Natrium Nitrat, Natrium Nitrit, Natrium Propionat, Natrium Sulfit, Nisin dan Propil-p-hidroksi-benzoit
BAHAN ADITIF ALAMI DAN SINTETIS
Aditif dapat berasal dari sumber alami, contohnya lesitin daripada kacang soya dan jagung atau serbuk pewarna bit daripada lobak bit. Aditif sintetik pula dihasilkan melalui tindak balas kimia. Keaslian aditif sintetik mudah dikenal dalam pembuatan dan pemrosesan bahan makanan tersebut.
BAHAYA BAHAN ADITIF MAKANAN KESEHATAN
Beberapa aditif yang dikaitkan dengan efek samping yang kurang baik adalah pewarna FD&C Yellow No.5 atau tartazin. Tartazin (E102)dilaporkan menyebabkan gatal-gatal kulit yang amat sangat (urticaria) serta pembengkakkan sesetengah tisu lembut seperti kelopak mata, bibir, lidah dan tangan. Namun demikian, gangguan tersebut hanya didapatkan pada 1% dari penggunanya. Oleh sebab itu, penggunaan tartazin tidak dilarang dan maíz diijinkan. Tetapi sebaiknya kandungan zat tersebut seharusnya disertakan dalam label makanan tersebut.
Bahan pemanis berkalori rendah aspartam, pernah dilaporkan membawa kesan camping yang tidak baik bagi penggunanya. Namur sampai saat ini FDA maíz Belem bisa membuktikan bahaya bahan makanan tambahan tersebut. Demikian juga halnya dengan sesetengah aditif makanan yang dicampurkan ke dalam makanan ringan untuk kanak-kanak dan remaja.
Bahan Aditif yang sering mendapat perhatian paling sering adalah monotorium glutamat (MSG). Pada mulanya, bahan ini didapatkan dari sejenis rumput laut.
  • Garam atau NaCl
    Telah berabad lampau digunakan hingga saat ini sebagai bahan pengawet terutama untuk daging dan ikan. Larutan garam yang masuk ke dalam jaringan dan mengikat air bebasnya, sehingga menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang, dan khamir.
    Produk pangan hasil pengawetan dengan garam dapat memiliki daya simpan beberapa minggu hingga bulan dibandingkan produk segarnya yang hanya tahan disimpan selama beberapa jam atau hari pada kondisi lingkungan luar.
    Ikan pindang, ikan asin, telur asin dan sebagainya merupakan contoh produk pangan yang diawetkan dengan garam.
  • Gula atau sukrosa
    Gula atau sukrosa merupakan karbohidrat berasa manis yang sering pula digunakan sebagai bahan pengawet khususnya komoditas yang telah mengalami perlakuan panas. Perendaman dalam larutan gula secara bertahap pada konsentrasi yang semakin tinggi merupakan salah satu cara pengawetan pangan dengan gula. Gula seperti halnya garam juga menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang, dan khamir.
    Dendeng, manisan basah dan atau buah kering merupakan contoh produk awet yang banyak dijual di pasaran bebas.
  • Cuka buah atau vinegar
    Merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk mengawetkan daging, asyuran maupun buah-buahan. Acar timun, acar bawang putih, acar kubis (kimchee) merupakan produk pangan yang diawetkan dengan penambahan asam atau cuka buah atau vinegar.
    Data pengaturan bahan pengawet dari Codex Alimetarius Commission (CAC), USA (CFR), Australia dan New Zealand (FSANZ) tercatat 58 jenis bahan pengawet yang dapat digunakan dalam produk pangan. Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 tahun 1988 telah mengatur sebanyak 26 jenis bahan pengawet.
Tips dan Rekomendasi memilih makanan yang aman :
  • Pilih pengawet yang diijinkan untuk dalam pangan serta telah terdaftar di Badan POM RI.
  • Pilih produsen makanan yang berskala internasional, bila produsennya tidak dikena sebaiknya harus cermat dalam meneliti label yang ada. Seringkali produsen tidak mencantumkan kandungan bahan aditif sebenarnya dalam labelnya.
  • Bacalah takaran penggunaannya pada label.
  • Gunakan dengan takaran yang benar sesuai petunjuk pada label.
  • Membaca dengan cermat label produk pangan yang dibeli serta mengkonsumsinya secara cerdas produk pangan yang menggunakan bahan pengawet.

bahaya bahan kimia

Rokok dan Bahaya Merokok

rokok
rokok
Rokok adalah salah satu produk konsumen terlaris di dunia. Banyak pembeli yang loyal membeli rokok. Selain itu, rokok memiliki arus perdagangan yang berkembang pesat. Berbagai perusahaan menghasilkan laba yang fantastis, kendali politik, dan prestise. Namun ironisnya, pelanggan-pelanggan terbaiknya tewas satu per satu.
Rokok termasuk produk konsumen yang paling menguntungkan di dunia. Rokok juga satu-satunya produk (legal) yang, bila digunakan sesuai dengan tujuannya, akan membuat kebanyakan pemakainya kecanduan dan sering kali membunuh mereka.
Indonesia sendiri merupakan salah satu penghasil rokok terbesar di dunia. Jumlah pabrik rokok di Indonesia adalah terbanyak di dunia (sumber: Kompas). Jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi di dunia melebihi Amerika Serikat yang terkenal dengan produsen rokok ternama.
Namun di balik semua fakta yang menakjubkan tersebut, setiap hari, pelanggan-pelanggan terbaiknya tewas satu demi satu! Mereka mengalami kematian dini karena efek negatif dari merokok. Akibat buruk dari merokok memang baru akan dirasakan dalam jangka panjang. Akan tetapi, akibat buruk ini benar-benar merusak kesehatan.
Menurut laporan WHO, merokok pada akhirnya akan membunuh satu dari dua perokok. Demikian juga penelitian Departemen Kesehatan Masyarakat pada Universitas Oxford menunjukkan fakta yang mengerikan, yaitu bahwa setengah dari semua perokok pada akhirnya akan terbunuh oleh kebiasaan mereka. Mengapa rokok bisa menjadi pembunuh yang senyap? Apa saja kandungan sebatang rokok? Lalu apa saja dampak negatif dari merokok?

Mengapa Orang Merokok?

Banyak orang merokok karena bisa kelihatan gagah dan jantan bagi banyak pria. Begitu juga bagi banyak wanita, merokok membuat mereka mengikut tren masa kini. Iklan rokok selalu menggambarkan hal itu. Banyak orang juga merasa bahwa merokok membantu saya mengatasi stres. Jika demikian, sebelum mencoba merokok, coba perhatikan apa saja yang ada dalam sebatang rokok?

Kandungan Rokok

Sebatang rokok mengandung berbagai zat yang berbahaya. Bahkan zat-zat kimia tertentu ditambahkan dalam sebatang rokok. Resep sebatang rokok sulit diketahui dan menjadi rahasia dapur dari perusahaan rokok. Namun jika diteliti, apa saja kandungan utama sebatang rokok? Berikut ini beberapa kandungan dan zat berbahaya dalam sebatang rokok.
  • Nikotin

    Nikotin, karbon monoksida, dan bahan kimia lain yang berbahaya dalam asap rokok memasuki aliran darah seseorang dan menyebabkan banyak masalah kesehatan. Ada berapa banyak kandungan bahan kimia dalam sebatang rokok? Menurut penelitian, lebih dari 700 jenis bahan kimia tambahan kemungkinan digunakan oleh perusahaan rokok. Sedangkan asap rokok mengandung setidaknya 4.000 zat, termasuk arsenik, aseton, butan, karbon monoksida, dan sianida.
    Oleh karena kandungan zat kimia yang berbahaya tersebut, maka paru-paru perokok dan orang-orang yang berada di dekatnya akan terkena sedikitnya 43 zat yang diketahui menyebabkan kanker. Selain itu, dari 4000 zat kimia tersebut terdapat setidaknya 400 zat kimia beracun dalam sebatang rokok.
    Nikotin merupakan salah satu bahan kimia utama dalam sebatang rokok. Nikotin merupakan zat yang sangat adiktif, yang berarti akan membuat Anda memiliki ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan. Asap yang mengandung nikotin dihirup ke dalam paru-paru, dan nikotin mencapai otak Anda hanya dalam waktu enam detik.
    Nikotin dalam dosis besar berfungsi sebagai depresan, menghambat aliran sinyal antara sel saraf. Dalam dosis yang lebih besar, itu adalah racun mematikan, yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah, dan hormon.
  • Karbon Monoksida

    Saat seseorang mengisap sebatang rokok, sejumlah tar dihirup ke dalam paru-paru. Tar menghasilkan karbon monoksida yang membuat lebih sulit bagi sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Tar adalah campuran dari zat-zat yang bersama-sama akan tinggal di paru-paru.
  • Zat berbahaya lainnya

    Arsenik, aseton, butan, karbon monoksida, dan sianida merupakan beberapa di antara zat berbahaya yang terdapat di asap rokok. Sebagian besar bahan kimia dalam asap rokok dihirup tinggal di paru-paru. Semakin banyak Anda menarik napas, rasanya lebih baik dan semakin besar kerusakan pada paru-paru.

Bahaya Rokok

Setelah melihat beberapa zat kimia bahkan yang berbahaya dalam sebatang rokok dan dalam keindahan asap rokok, tentu Anda ingin tahu apa saja akibat dari zat-zat kimia tersebut bagi tubuh Anda? Berikut ini beberapa penyakit yang disebabkan karena rokok.
Kematian seorang perokok akibat penyakit jantung lebih banyak dibanding kematian akibat kanker paru-paru. Bahkan rokok rendah tar atau rendah nikotin tidak akan mengurangi risiko penyakit jantung. Karena beberapa dari rokok-rokok yang menggunakan filter meningkatkan jumlah karbon monoksida yang dihirup, yang membuat rokok tersebut bahkan lebih buruk untuk jantung daripada rokok yang tidak menggunakan filter. Nikotin yang dikandung dalam sebatang rokok bisa membuat jantung Anda berdebar lebih cepat dan meningkatkan kebutuhan tubuh Anda akan oksigen.
Asap rokok dari tembakau mengandung banyak zat kimia penyebab kanker. Asap yang diisap mengandung berbagai zat kimia yang dapat merusak paru-paru. Zat ini dapat memicu terjadinya kanker khususnya pada paru-paru. Kanker paru-paru merupakan kanker yang paling umum yang diakibatkan oleh merokok.
Itu hanyalah beberapa dari penyakit yang diakibatkan karena merokok. Berbagai penyakit pernapasan lainnya sering menyerang para perokok. Menurut statistik, di seluruh dunia, jumlah perokok yang meninggal karena penyakit akibat merokok berjumlah hampir tiga kali jumlah orang yang meninggal karena alkohol dan narkoba.

bahaya bahan kimia

<p>Your browser does not support iframes.</p>
Plastik sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern saat ini dimulai sejak era tahun 1940 an dan 50 an, walaupun plastik dianggap berbahaya baik bagi lingkungan maupun kehidupan makhluk hidup.
Banyak hal saat ini terbuat dari plastik, mulai dari kantong belanjaan, botol, kaleng, peralatan rumah tangga, cd, pipa, helm, handphone, tv, kulkas, mesin, kendaraan, dll. Terlepas dari segala kemudahan dan keuntungan menggunakan plastik, ternyata plastik juga membawa bencana bagi lingkungan termasuk makhluk hidup di dalamnya.
Apa yang menyebabkan plastik berbahaya?
Berbahayanya plastik terkait erat dengan sifatnya yang non-biodegradable, yakni tak akan pernah bisa di uraikan oleh organisme pengurai di alam. Yang terjadi hanyalah, plastik menjadi potongan-potongan kecil di alam dan itupun memerlukan proses yang sangat lama yang bisa mencapai 1000 tahun, tergantung dari jenis dan kondisi plastiknya. Walaupun plastik menjadi sangat kecil seperti partikel debu, tetap saja ia adalah plastik.. Artinya bahan plastik akan selama-lamanya berada di alam, dan akan menimbulkan polusi lingkungan, baik di darat, laut, maupun udara.
Partikel-partikel plastik itu akan mempengaruhi lingkungan dan kehidupan dalam banyak hal. Hewan-hewan, baik di darat maupun laut, bisa memakan potongan kecil plastik itu secara tak sengaja yang menyebabkan gangguan pencernaan dan bisa berujung pada kematian karena tubuh tak bisa mengolahnya. Bahkan ketika hewan tadi mati, membusuk, dan terurai, plastik yang tertimbun di tubuhnya akan kembali ke alam dan bisa dimakan oleh hewan lainnya, dan begitu seterusnya siklus berulang kembali.
Partikel-partikel plastik tentunya juga bisa masuk ke tubuh manusia, baik melalui hewan, peralatan sehari-hari yang dipakai terutama untuk makan dan minum, melalui air yang tercemar limbah plastik, ataupun melalui debu-debu di udara.
Hal yang menambah bahaya dari plastik adalah zat-zat kimia berbahaya yang dikandungnya, yang ditambahkan selama proses pembuatan plastik, yang bisa mengganggu kerja sistem tubuh dan bisa menyebabkan kanker. Jadi bisa dibayangkan sendiri akibat yang ditimbulkan jika zat-zat kimia berbahaya ini ikut masuk bersama partikel plastik ke dalam tubuh makhluk hidup termasuk manusia.
Proses pembuatan plastik juga banyak melepaskan gas-gas beracun ke udara, baik yang membahayakan kesehatan makhluk hidup maupun membahayakan atmosfer bumi. Begitu juga di dalam proses pendaur ulangannya. Oleh karena itu daur ulang plastik sebenarnya bukanlah solusi total dari usaha mengurangi dan mencegah pencemaran lingkungan oleh plastik. Bahkan plastik tak akan bisa didaur ulang selama-lamanya karena mutu dan kualitasnya akan semakin menurun, sehingga pembuatan plastik baru pun tak bisa dielakkan.
Bagaimana dengan membakar plastik? Efeknya sama saja jeleknya karena dengan membakar plastik akan melepaskan zat-zat berbahaya ke udara, termasuk dioxin, salah satu zat paling beracun yang pernah ada.
Selain itu, proses pembuatan plastik juga melibatkan penggunaan minyak bumi yang tidak sedikit. Padahal sebagaimana yang kita ketahui cadangan minyak bumi di dunia semakin menipis, dan minyak bumi semakin hari menjadi barang yang makin langka dan oleh karenanya semakin mahal untuk digunakan sebagai bahan bakar bagi aktifitas manusia.
Setelah kita menyadari bahaya plastik bagi kehidupan di bumi, tentunya diperlukan langkah-langkah nyata untuk menyelamatkan lingkungan hidup kita. Selain memang masih diperlukannya daur ulang plastik (walaupun tak banyak memberi efek positif, dimana sebaiknya dilakukan pemisahan sampah yang terbuat dari plastik dengan sampah-sampah lainnya semenjak dari lingkungan rumah tangga), perlu kiranya dilakukan pengurangan pemakaian dan produksi plastik di muka bumi.
Di berbagai negara maju di luar negeri, sudah digalakkan program berbelanja dengan membawa kantong sendiri dimana saya belum pernah mendengarnya diadakan di Indonesia. Bahkan di Indonesia, tradisi membuang sampah pada tempatnya masih belum tampak nyata realisasinya dalam keseharian hidup bermasyarakat. Sampah dengan mudahnya kita temukan dimana-mana, di jalanan, di saluran air, sungai-sungai, dsb.
Pemakaian tas-tas atau kantong yang tak terbuat dari bahan plastik juga harus digalakkan. Selain itu harus dilakukan kampanye penyuluhan pada masyarakat akan bahaya plastik ini sehingga masyarakat bisa secara aktif dan sadar untuk mengurangi ketergantungan dan penggunaan plastik.
Saat ini para ilmuwan juga sedang meneliti pembuatan plastik yang bisa diuraikan oleh alam termasuk di dalamnya yang bisa diuraikan oleh cahaya. Akan tetapi jika ini bisa terwujud tentunya juga tak akan menyelesaikan semua permasalahan, mengingat hanya sampah-sampah plastik di permukaan sajalah yang akan terurai oleh cahaya matahari dan tidak akan menyentuh plastik yang tertimbun di dalam tanah.

bahaya bahan kimia

BAHAYA BAHAN KIMIA DALAM MAKANAN

Bahaya Penggunaan Rhodamin B pada Makanan



Dewasa ini keamanan penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan masih dipertanyakan di kalangan konsumen. Sebenarnya konsumen tidak perlu khawatir karena semua badan pengawas obat dan makanan di dunia secara kontinyu memantau dan mengatur zat pewarna agar tetap aman dikonsumsi. Jika ditemukan adanya potensi risiko terhadap kesehatan, badan pengawas obat dan makanan akan mengevaluasi pewarna tersebut dan menyebarkan informasinya ke seluruh dunia. Pewarna yang terbukti mengganggu kesehatan, misalnya mempunyai efek racun, berisiko merusak organ tubuh dan berpotensi memicu kanker, akan dilarang digunakan. Di Indonesia tugas ini diemban oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Baik zat pewarna sintetis maupun alami yang digunakan dalam industri makanan harus memenuhi standar nasional dan internasional. Penyalahgunaan zat pewarna melebihi ambang batas maksimum atau penggunaan secara ilegal zat pewarna yang dilarang digunakan dapat mempengaruhi kesehatan konsumen, seperti timbulnya keracunan akut dan bahkan kematian. Pada tahap keracunan kronis, dapat terjadi gangguan fisiologis tubuh seperti kerusakan syaraf, gangguan organ tubuh dan kanker (Lee 2005)
Rhodamine B
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30 zat pewarna berbahaya. Rhodamine B termasuk salah satu zat pewarna yang dinyatakan sebagai zat pewarna berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan (Syah et al. 2005). Namun demikian, penyalahgunaan rhodamine B sebagai zat pewarna pada makanan masih sering terjadi di lapangan dan diberitakan di beberapa media massa. Sebagai contoh, rhodamine B ditemukan pada makanan dan minuman seperti kerupuk, sambal botol dan sirup di Makassar pada saat BPOM Makassar melakukan pemeriksaan sejumlah sampel makanan dan minuman ringan (Anonimus 2006).
Rhodamine B termasuk zat yang apabila diamati dari segi fisiknya cukup mudah untuk dikenali. Bentuknya seperti kristal, biasanya berwarna hijau atau ungu kemerahan. Di samping itu rhodamine juga tidak berbau serta mudah larut dalam larutan berwarna merah terang berfluorescen. Zat pewarna ini mempunyai banyak sinonim, antara lain D and C Red no 19, Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine dan Brilliant Pink B. Rhodamine biasa digunakan dalam industri tekstil. Pada awalnya zat ini digunakan sebagai pewarna bahan kain atau pakaian. Campuran zat pewarna tersebut akan menghasilkan warna-warna yang menarik. Bukan hanya di industri tekstil, rhodamine B juga sangat diperlukan oleh pabrik kertas.
Fungsinya sama yaitu sebagai bahan pewarna kertas sehingga dihasilkan warna-warna kertas yang menarik. Sayangnya zat yang seharusnya digunakan sebagai pewarna tekstil dan kertas tersebut digunakan pula sebagai pewarna makanan.
Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984 karena rhodamine B termasuk karsinogen yang kuat. Efek negatif lainnya adalah menyebabkan gangguan fungsi hati atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati (Syah et al. 2005). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa zat pewarna tersebut memang berbahaya bila digunakan pada makanan. Hasil suatu penelitian menyebutkan bahwa pada uji terhadap mencit, rhodamine B menyebabkan terjadinya perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan di sekitarnya mengalami disintegrasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan adanya piknotik (sel yang melakukan pinositosis) dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma (Anonimus 2006).
Dalam analisis yang menggunakan metode destruksi yang kemudian diikuti dengan analisis metode spektrofometri, diketahui bahwa sifat racun rhodamine B tidak hanya disebabkan oleh senyawa organik saja tetapi juga oleh kontaminasi senyawa anorganik terutama timbal dan arsen (Subandi 1999). Keberadaan kedua unsur tersebut menyebabkan rhodamine B berbahaya jika digunakan sebagai pewarna pada makanan, obat maupun kosmetik sekalipun. Hal ini didukung oleh Winarno (2004) yang menyatakan bahwa timbal memang banyak digunakan sebagai pigmen atau zat pewarna dalam industri kosmetik dan kontaminasi dalam makanan dapat terjadi salah satu diantaranya oleh zat pewarna untuk tekstil.
Untuk mengunduh versi dokumennya silahkan klik pada link berikut: dani puji utomo
Sumber Pustaka
Anonimus. 2006. Rhodamine B ditemukan pada makanan dan minuman di Makassar. Republika Kamis 5 Januari 2006.

bahaya bahan kimia

Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia

Sampul Depan

Apa yang dikatakan orang - Tulis resensi

Kami tak menemukan resensi di tempat biasanya.

Buku terkait