Waspadai Bahaya Bahan Aditif Dalam Makanan Sehari-hari
Dalam membeli makanan, minuman atau
obata-obatan sebaiknya harus mencermati label yang terdapat dalam
makanan tersebut. Isi kandungan komponen bahan-bahan yang tertera dalam
label tersebut harus diketahui keamanan dan akibat yang bisa
ditimbulkannya Selain kandungan utama makanan, minuman atau obat-obatan
akan ditemukan komponen lain yang mengandungi berbagai bahan campuran.
Bahan-bahan campuran ini diberi nama aditif, contohnya, bahan-bahan
campuran yang diberi nama huruf awal “E”, seperti E101 (Riboflavin),
E123 (Amaranth), E211 (Natrium Benzoate), E249 (Kalium Nitrit), E322
(Lesitin) dan sebagainya.
Dalam
industri makanan modern saat ini diperlukan penggunaan teknologi
pengawetan pangan untuk membuat makanan menjadi tahan lama dan tetap
berkualitas, Salah satu dari beberapa teknik pengawetan pangan adalah
memberikan bahan tambahan pangan (BTP) untuk pengawetan, hal ini
dilakukan dengan menambahkan suatu bahan kimia tertentu dengan jumlah
tertentu yang diketahui memiliki efek mengawetkan dan aman untuk
dikonsumsi manusia.
BAHAN ADITIF MAKANAN
Aditif adalah bahan kimia yang
dicampurkan ke dalam makanan yang berguna untuk meningkatkan kualitas,
menambahkan kelezatan dan menjaga kesegaran makanan tersebut.
Penggunaan aditif sebenarnya bermula sejak ribuan tahun lalu. Nenek
moyang kita telah menggunakan garam untuk mengawet daging dan ikan,
rempah untuk melezatkan makanan, dan cuka serta gula untuk menyimpan
buah-buahan.
Departemen Kesehatan dan BPOM
mengistilahkan Bahan aditif Makanan dengan BPT (Bahan Tambahan Pangan
). Bahan Tambahan Pangan adalah bahan tambahan pangan yang dapat
mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan
perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh fungi, bakteria dan mikroba
lainnya. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa
makanan (food borne illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan
Aditif yang bertindak sebagai pewarna
telah digunakan untuk memberi warna kuning kepada mentega sejak dahulu
kala. Penduduk Asia telah menggunakan sejenis sup atau makanan lainnya
dengan pemberian bahan mononatrium glutamat atau MSG, sejak 2.000
tahun lalu.
Manfaat Aditif Makanan
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan
pengawet adalah untuk menghambat pembusukan dan menjamin mutu awal
pangan agar tetap terjaga selama mungkin. Penggunaan pengawet dalam
produk pangan dalam prakteknya berperan sebagai antimikroba atau
antioksidan atau keduanya. Jamur, bakteri dan enzim selain penyebab
pembusukan pangan juga dapat menyebabkan orang menjadi sakit, untuk itu
perlu dihambat pertumbuhan maupun aktivitasnya.
Zat aditif makanan juga untuk
memelihara kesegaran dan mencegah kerusakan makanan atau bahan makanan.
Beberapa pengawet yang termasuk antioksidan berfungsi mencegah makanan
menjadi tengik yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dalam makanan
tersebut. eran sebagai antioksidan akan mencegah produk pangan dari
ketengikan, pencoklatan, dan perkembangan noda hitam. Antioksidan
menekan reaksi yang terjadi saat pangan menyatu dengan oksigen, adanya
sinar, panas, dan beberapa logam.
Berbagai manfaat Aditif Makanan diantaranya adalah
- Untuk mempertahankan kelezatan dan kesehatan (wholesomeness) pangan.
Pengawet menahan kerusakan pangan yang disebabkan oleh kapang, bakteria, fungi atau khamir. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan (food born illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan.
Antioksidan adalah pengawet yang mencegah terjadinya bau yang tidak sedap. Antioksidan juga mencegah potongan buah segar seperti apel menjadi coklat bila terkena udara. - Mengembangkan atau mengatur keasaman/kebasaan pangan.
Bahan pengembang yang melepaskan asam bila dipanaskan bereaksi dengan baking soda membantu mengembangkan kue, biskuit dan roti selama proses pemanggangan. Pengatur keasaman/kebasaan membantu memodifiksi keasaman/kebasaan pangan agar diperoleh bau, rasa dan warna yang sesuai - Untuk menguatkan rasa atau mendapatkan warna yang diinginkan.
Berbagai jenis bumbu dan penguat rasa sintetik atau alami memperkuat rasa pangan. Sebaliknya warna memperindah tampilan pangan tertentu untuk memenuhi ekspektasi konsumen. - Untuk mempertahankan konsistensi produk.
Emulsifier memberikan tekstur produk berbentuk emulsi atau suspensi yang konsisten dan mencegah pemisahan fasa air dengan fasa lemak suatu emulsi atau pemisahan fasa cair dan fasa padat suatu suspensi. Penstabil dan pengental menghasilkan tekstur yang lembut dan homogen pada pangan tertentu. - Untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi.
Vitamin dan mineral yang ditambahkan ke dalam pangan seperti susu, tepung, serelia lain dan margarin untuk memperbaiki kekurangan zat tersebut dalam diet seseorang atau mengganti kehilangannya selama proses pengolahan pangan. Fortifikasi dan pengayaan pangan semacam ini telah membantu mengurangi malnutrisi dalam populasi masyarakat Amerika. Semua pangan yang mengandung nutrien yang ditambahkan harus diberi label yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku secara internasional atau sesuai ketentuan masing-masing negara.
Aditif makanan
Aditif Makanan atau Pengawet pangan
adalah upaya untuk mencegah, menghambat pertumbuhan mikroba yang
terdapat dalam pangan. Pengawetan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu penggunaan suhu rendah, suhu tinggi, iradiasi atau dengan
penambahan bahan pengawet (BTP Pengawet). Produk-produk pangan dalam
kemasan yang diproses dengan panas atau disebut sterilisasi komersil
seperti kornet dalam kaleng atau susu steril dalam kemasan tetrapak
tidak menggunakan bahan pengawet karena proses termal sudah cukup untuk
memusnahkan mikroba pembusuk dan patogen.
Produk-produk ini akan awet lebih dari setahun meskipun disimpan pada suhu kamar.
Produk-produk ini akan awet lebih dari setahun meskipun disimpan pada suhu kamar.
Beberapa produk pangan dalam kemasan yang menggunakan bahan pengawet, misalnya kecap, sambal, selai dan jem dalam botol.
Kedua jenis produk ini setelah dibuka biasanya tidak segera habis, sehingga supaya awet terus pada suhu kamar maka produk ini membutuhkan bahan tambahan pangan pengawet. Agen-agen penstabil dan pemekat seperti garam alginat dan gliserin membuat makanan dan tekstur obat-obatan menjadi rata dan lembut. Agen penghalang kerak memastikan makanan yang berbutir seperti garam dan gula sentiasa berberai. Aditif bermanfaat untuk menawetkan dan meningkatkan nilai nutrisi makanan. Contohnya, vitamin dan bahan galian dicampurkan ringan seperti susu, tepung, dan margarin untuk menciptakan sumber makanan yang seimbang. Aditif yang tergolong bahan pengawet digunakan bagi tujuan pengawetan mengawetkan makanan dalam keadaan baik dan tahan lama. Bahan pengawet seperti garam nitrat dan nitrit amat penting bagi melindungi makanan jenis daging agar terhindar dari ulat dan bakteria clostridium, botulidium mikroorganisma penyebab botulisme atau keracunan makanan.
Kedua jenis produk ini setelah dibuka biasanya tidak segera habis, sehingga supaya awet terus pada suhu kamar maka produk ini membutuhkan bahan tambahan pangan pengawet. Agen-agen penstabil dan pemekat seperti garam alginat dan gliserin membuat makanan dan tekstur obat-obatan menjadi rata dan lembut. Agen penghalang kerak memastikan makanan yang berbutir seperti garam dan gula sentiasa berberai. Aditif bermanfaat untuk menawetkan dan meningkatkan nilai nutrisi makanan. Contohnya, vitamin dan bahan galian dicampurkan ringan seperti susu, tepung, dan margarin untuk menciptakan sumber makanan yang seimbang. Aditif yang tergolong bahan pengawet digunakan bagi tujuan pengawetan mengawetkan makanan dalam keadaan baik dan tahan lama. Bahan pengawet seperti garam nitrat dan nitrit amat penting bagi melindungi makanan jenis daging agar terhindar dari ulat dan bakteria clostridium, botulidium mikroorganisma penyebab botulisme atau keracunan makanan.
Antioksidan seperti vitamin C dan
vitmain E ternyata dapat mencegah lemak dan minyak di dalam sediaan
makanan menjadi masam atau tengik. Antioksidan ini juga digunakan untuk
membuat warna isi buah-buahan yang siap dipotong menjadi tahan lama.
Tanpa agen antioksidan, warna isi buah epal dengan mudah berubah
menjadi hitam dan pucat.
Aditif juga digunakan untuk menaikkan
bahan makanan yang dimasak seperti cake dan roti. Bahan penyedap
seperti rempah ratus (halia dan bunga cengkih) dan bahan kimia sintetik
(monosodium glutamat; MSG) digunakan melezatkan makanan. Bahan pewarna
juga sering dicampurkan ke dalam makanan, Contoh bahan pewarna ialah
FD&C Yellow No.6 yang digunakan di dalam minuman, makanan ringan
dan roti. Bahan pemutih digunakan untuk memutihkan makanan seperti
agar-agar dan obat-obatan yang mudah berubah warna terutama ketika di
dalam penyimpanan.
PENGAWASAN PENGGUNAAN
Jenis dan jumlah pengawet yang diijinkan
untuk digunakan telah dikaji keamanannya. Indonesia menganut
Standarisasi internasional yang ditetapkan Codex Alimentarius
Commission (CAC). Forum CAC (Codex Alimentarius Commission) merupakan
organisasi perumus standar internasional untuk bidang pangan.
Berbagai produk dan industri makanan
yang ada dsi Indonesia harus dibuat berdasarkan CODEX Alimentarius
Commission, badan standar makanan internasional. Menurut Permenkes
No.722/1988, bahan pengawet yang diizinkan digunakan dalam makanan
dalam kadar tertentu adalah Asam Benzoat, Asam Propionat. Asam Sorbat,
Belerang Dioksida, Metil p-Hidroksi Benzoat, Kalium Benzoat, Kalium
Bisulfit, Kalium Meta Bisulfit, Kalium Nitrat, Kalium Nitrit, Kalium
Propionat, Kalium Sorbat, Kalium Sulfit, Kalsium Benzoit, Kalsium
Propionat, Kalsium Sorbat, Natrium Benzoat, Metil-p-hidroksi Benzoit,
Natrium Bisulfit, Natrium Metabisulfit, Natrium Nitrat, Natrium Nitrit,
Natrium Propionat, Natrium Sulfit, Nisin dan Propil-p-hidroksi-benzoit
BAHAN ADITIF ALAMI DAN SINTETIS
Aditif dapat berasal dari sumber alami,
contohnya lesitin daripada kacang soya dan jagung atau serbuk pewarna
bit daripada lobak bit. Aditif sintetik pula dihasilkan melalui tindak
balas kimia. Keaslian aditif sintetik mudah dikenal dalam pembuatan dan
pemrosesan bahan makanan tersebut.
BAHAYA BAHAN ADITIF MAKANAN KESEHATAN
Beberapa aditif yang dikaitkan dengan
efek samping yang kurang baik adalah pewarna FD&C Yellow No.5 atau
tartazin. Tartazin (E102)dilaporkan menyebabkan gatal-gatal kulit yang
amat sangat (urticaria) serta pembengkakkan sesetengah tisu
lembut seperti kelopak mata, bibir, lidah dan tangan. Namun demikian,
gangguan tersebut hanya didapatkan pada 1% dari penggunanya. Oleh sebab
itu, penggunaan tartazin tidak dilarang dan maíz diijinkan. Tetapi
sebaiknya kandungan zat tersebut seharusnya disertakan dalam label
makanan tersebut.
Bahan pemanis berkalori rendah aspartam,
pernah dilaporkan membawa kesan camping yang tidak baik bagi
penggunanya. Namur sampai saat ini FDA maíz Belem bisa membuktikan
bahaya bahan makanan tambahan tersebut. Demikian juga halnya dengan
sesetengah aditif makanan yang dicampurkan ke dalam makanan ringan
untuk kanak-kanak dan remaja.
Bahan Aditif yang sering mendapat
perhatian paling sering adalah monotorium glutamat (MSG). Pada mulanya,
bahan ini didapatkan dari sejenis rumput laut.
- Garam atau NaCl
Telah berabad lampau digunakan hingga saat ini sebagai bahan pengawet terutama untuk daging dan ikan. Larutan garam yang masuk ke dalam jaringan dan mengikat air bebasnya, sehingga menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang, dan khamir.
Produk pangan hasil pengawetan dengan garam dapat memiliki daya simpan beberapa minggu hingga bulan dibandingkan produk segarnya yang hanya tahan disimpan selama beberapa jam atau hari pada kondisi lingkungan luar.
Ikan pindang, ikan asin, telur asin dan sebagainya merupakan contoh produk pangan yang diawetkan dengan garam. - Gula atau sukrosa
Gula atau sukrosa merupakan karbohidrat berasa manis yang sering pula digunakan sebagai bahan pengawet khususnya komoditas yang telah mengalami perlakuan panas. Perendaman dalam larutan gula secara bertahap pada konsentrasi yang semakin tinggi merupakan salah satu cara pengawetan pangan dengan gula. Gula seperti halnya garam juga menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang, dan khamir.
Dendeng, manisan basah dan atau buah kering merupakan contoh produk awet yang banyak dijual di pasaran bebas. - Cuka buah atau vinegar
Merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk mengawetkan daging, asyuran maupun buah-buahan. Acar timun, acar bawang putih, acar kubis (kimchee) merupakan produk pangan yang diawetkan dengan penambahan asam atau cuka buah atau vinegar.
Data pengaturan bahan pengawet dari Codex Alimetarius Commission (CAC), USA (CFR), Australia dan New Zealand (FSANZ) tercatat 58 jenis bahan pengawet yang dapat digunakan dalam produk pangan. Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 tahun 1988 telah mengatur sebanyak 26 jenis bahan pengawet.
Tips dan Rekomendasi memilih makanan yang aman :
- Pilih pengawet yang diijinkan untuk dalam pangan serta telah terdaftar di Badan POM RI.
- Pilih produsen makanan yang berskala internasional, bila produsennya tidak dikena sebaiknya harus cermat dalam meneliti label yang ada. Seringkali produsen tidak mencantumkan kandungan bahan aditif sebenarnya dalam labelnya.
- Bacalah takaran penggunaannya pada label.
- Gunakan dengan takaran yang benar sesuai petunjuk pada label.
- Membaca dengan cermat label produk pangan yang dibeli serta mengkonsumsinya secara cerdas produk pangan yang menggunakan bahan pengawet.